Ketua DPP Partai Golkar Firman Soebagyo mengakui ada alternatif Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto menjadi calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Golkar tidak menutup peluang Airlangga menjadi calon wakil presiden.
“Itu juga salah satu alternatif, kalau memang bisa kenapa tidak, karena antara Pak Prabowo dengan Pak Airlangga Hartarto ini kan, satu, beliau ini sama-sama anak buahnya presiden,” ujar Firman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Secara rekam jejak keduanya memiliki kemampuan di sektornya masing-masing. Prabowo sebagai ahli militer, dan Airlangga di sektor perekonomian.
Menurut Firman, duet Prabowo-Airlangga merupakan kombinasi yang baik dengan latar belakang militer dan ekonomi.
“Track record-nya sudah terukur, Pak Airlangga sangat menguasai dan piawai dalam masalah ekonomi, kemudian Pak Prabowo sangat menguasai pertahanan dan keamanan, saya rasa ini kombinasi yang cukup bagus. Apalagi ini kombinasi militer-sipil kan,” jelasnya.
“Kalau memang bisa kenapa tidak. Jadi kan tujuannya sama, kita itu ke depan itu tidak boleh membeli kucing dalam karung, untuk memilih pemimpin itu tidak cukup karena hasil survei kemudian pencitraannya tinggi, karena pencitraan sekarang bisa dibuat, bisa dikemas, tergantung lembaga surveinya,” tambah Firman.
Untuk menggolongkan duet Prabowo-Airlangga, Golkar akan melakukan lobi-lobi politik kepada PKB. Tentunya akan ada kompromi politik yang bisa diambil dalam menentukan capres-cawapres.
“Ya nanti kan tentunya ada suatu kompromi politik, dalam lobi-lobi politik ada kompromi politik, untuk menentukan seorang capres-cawapres ini bukan hanya popularitas tapi kapasitas, kapabilitas dan integritas, itu yang penting,” jelas Firman.
Tawarkan Jadi Tim Pemenangan
Sebelumnya, elite PKB justru menawarkan Airlangga menjadi ketua tim pemenangan sebagai bentuk kompromi politik kerjasama Gerindra, PKB dan Golkar. Dengan asumsi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang menjadi cawapres.
Firman menilai tawaran tersebut baru muncul dari pendapat perorangan bukan sebuah keputusan yang final.
“Ya boleh saja, itu kan pendapat orang perorang, belum merupakan keputusan yang final. Mungkin pendapat dia, itu pendapat pribadi, tapi sampai ke arah situ belum ada. Ini masih lobi politik masih jalan,” ujarnya.
Sumber : liputan6.com