Nama Airlangga Hartarto kini menguat di kalangan Generasi Z yang merupakan generasi melek teknologi, dan Generasi Y yang merupakan generasi milenial sebagai Capres 2024.
Tidak hanya itu, Partai Golkar juga menjadi pilihan terbanyak kedua generasi muda tersebut.
Hal ini berdasarkan hasil survei terbaru Lembaga Penelitian Masyarakat Millenial (LPMM).
Survei itu mengenai perilaku Gen Z yang lahir pada periode 1997–2012 dan Gen Y yang lahir pada periode 1981-1996.
Survei itu bertujuan untuk menakar kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf Amin dan preferensi Gen Z dan Y terhadap parpol dan tokoh bakal Capres 2024-2029.
Chief Executive LPMM Alamsyah Wijaya mengatakan, penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif.
Teknik penetapan sampel menggunakan probability sampling dengan cara multi stage random sampling.
Jumlah responden sebanyak 2.140 orang.
“Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara melalui sambungan telepon seluler dan WhatsApp video call secara langsung di 34 ibu kota Provinsi di Indonesia. Margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2.08 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Survei dilakukan pada periode 4-18 Maret 2023,” ujar Alamsyah, Rabu (22/3/2023) dalam keterangan tertulisnya.
Hasil temuan tentang preferensi Gen Z dan Y terhadap tokoh-tokoh bakal Capres 2024 jika pemilu digelar hari ini, tingkat keterpilihan tertinggi pada nama Airlangga Hartarto.
Alamsyah menyebutkan, Airlangga menjadi tokoh pilihan Gen Z dan Y dengan tingkat keterpilihan 29,8 persen.
Hal ini terkorelasi dengan jawaban 2.140 responden yang menyatakan sebanyak 84,8 persen menyatakan kebijakan, kerja, dan sepak terjang Menko Perekonomian itu dalam menjalankan tugas dari presiden, sangat bermanfaat dan membantu kehidupan mereka selama pandemi.
Kebijakan dan program kerja Ketua Umum Partai Golakr itu dinilai sejalan dengan Gen Z dan Y.
“Gen Z dan Y di saat pandemi sangat merasakan program-program kerja dari Airlangga Hartarto. Generasi Z merupakan generasi yang paling muda yang baru memasuki angkatan kerja.”
“Generasi ini biasanya disebut dengan generasi internet atau igeneration, sangat merasakan program-program dan kebijakan dari Airlangga yang banyak berhubungan dengan sosioekonomi,” ucapnya.
Sedangkan, Prabowo Subianto menempati urutan kedua tingkat elektabilitas dengan keterpilihan 22,30 persen.
Keterpilihan Prabowo Subianto dipengaruhi peremajaan pada sistem alutsista yang berbasis teknologi.
Sebab Gen Z dan Y banyak memakai teknologi, sehingga sangat menyukainya dan punya harapan besar untuk bisa ikut berpartisipasi dalam memajukan teknologi alutsista.
Kemudian di urutan ketiga yang menjadi pilihan Gen Z dan Y, yakni Anies Baswedan yang dipilih sebanyak 10,6 persen.
Event Formula E dan pembangunan Stadion JIS membuat mereka memilih Anies Baswedan, serta faktor setelah dinyatakan sebagai capres oleh Partai Nasdem menjadi daya tarik bagi Gen Z dan Y.
Di urutan keempat ada nama Ganjar Pranowo dengan tingkat elektabilitas 9,2 persen. Lalu Puan Maharani 4,8 persen, Sandiaga Uno 3,1 persen, Moeldoko 2,5 persen, Erick Thohir 2,3 persen , Ridwan Kamil 2,1 persen, Muhaimin Iskandar 1,1 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 1,1 persen, dan yang tidak memilih sebanyak 11,1 persen.
“Ketika Gen Z dan Y ditanyakan soal ketertarikannya pada topik politik di Indonesia, kebanyakan menjawab topik tersebut biasa saja 61,5 persen, dan sebanyak 9,8 persen menjawab menarik, 7,6 persen sangat menarik, dan selebihnya 21,1 tidak memberikan jawaban,” jelas Alamsyah.
Dari hasil survei juga diketahui jika sebagian besar Gen Z dan Y, yaitu 90,3 persen, menyatakan tidak aktif jadi anggota dan pendukung aktif partai politik, 2,4 persen aktif menjadi anggota dan pendukung aktif, dan 7,3 persen tidak menjawab.
Meski partisipasi politik Gen Z dan Y pada partai politik secara umum cenderung rendah, namun mayoritas atau 80,1 persen mengaku akan memberikan suara mereka pada saat Pemilu dan Pilpres digelar, sebanyak 13,3 persen tidak akan ikut berpartisipasi, dan 6,6 persen pikir-pikir dulu.
Hampir semua partai politik peserta Pemilu 2019 telah dikenal oleh Gen Z dan Y.
Meski begitu, tingkat awareness mereka berbeda terhadap masing-masing parpol. Parpol yang saat ini paling dikenal oleh Gen Z dan Y merupakan partai lama.
Lima parpol paling dikenal yakni Partai Golkar 94,7 persen, PDI Perjuangan 90,6 persen, Partai Gerindra 81,9 persen, Demokrat 77,6 persen, dan PKB 76,2 persen.
“Tingkat top of mind awareness Generasi Z dan Y berbeda terhadap masing-masing partai politik. Hal ini tampaknya berpengaruh terhadap tingkat elektabilitas parpol saat ditanya jika pemilu digelar hari ini parpol mana yang akan dipilih,” ujarnya.
Jika pemilu digelar hari ini, lima parpol teratas pilihan spontan dari Gen Z dan Y, yakni:
- Golkar 16,10 persen
- PDIP 13,70 persen
- Gerindra 12,20 persen
- Demokrat 9,40 persen, dan
- PKS 5,20 persen.
Saat dilakukan simulasi partai politik yang akan dipilih hasilnya tidak banyak berubah.
Partai Golkar paling banyak dipilih oleh Gen Z dan Y, yakni 19,7 persen.
Lalu di urutan kedua PDIP 17,6 persen, Gerindra 13,7 persen, Demokrat 9,8 persen, dan PKS 5,8 persen.
Di sisi lain, Alamsyah menyebut tingkat kepuasan Gen Z dan Y terhadap kinerja pemerintahan dalam penanggulangan krisis ekonomi akibat Pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir, hasil survei menunjukkan sekitar 74,7 persen menyatakan puas, terhadap kinerja Pemerintahan Jokowi-Maruf Amin.
Sementara sebanyak 21,6 persen tidak puas, dan sebanyak 3,7 persen tidak tahu.
Sedangkan tingkat optimisme Gen Z dan Y dalam jalani kehidupan dalam lima tahun ke depan sebanyak 79,2 persen sangat optimistis akan lebih baik dari sekarang.
Lalu, sebanyak 14,2 persen pesimistis dengan kehidupan akan membaik dalam lima tahun mendatang akibat dampak Covid 19, dan selebihnya 6,3 persen tidak menjawab.
Sementara itu, persepsi terhadap institusi Polri yang dalam beberapa kasus hukum melibatkan internal, banyak menarik perhatian Gen Z dan Y di media sosial.
Hasil survei LPPM menunjukkan 82,8 persen Gen Z dan Y mempersepsikan institusi Polri berhasil memperbaiki performance.
Mereka merasa puas dan percaya institusi Polri akan terus lebih profesional, transparan, serta sangat merespons keluhan-keluhan masyarakat.
Dalam layanan penegakan hukum di Indonesia, sebanyak 7,6 persen mempersepsikan institusi Polri belum dapat dipercaya dan memuaskan, dan selebihnya 9,6 persen tidak menjawab.
Menanggapi hasil survei LPMM ini, pengamat politik Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Oktiva Anggraini mengatakan hal yang wajar jika dukungan terhadap capres di kalangan Gen Z dan Y lebih memilih Airlangga Hartarto.
“Jika melihat sosok Airlangga Hartarto cukup besar menjadi Capres 2024, karena memang kekuatan politik saat ini merata,” ucapnya.
Namun, ia mengingatkan keberhasilan untuk menjadi capres sangat ditentukan oleh mesin politik.
Maka dari itu, Airlangga harus cermat mengisi waktu tersisa dengan membentuk berbagai relawan politik, tim medsos, serta menarik berbagai tokoh penting untuk menopang kekuatan di 2024.
“Kalau bisa diramu dengan baik, pasti bisa menjadi capres terkuat di 2024,” kata Oktiva Anggrain.
Oktiva Anggraini melihat pandangan Gen Z dan Y cukup positif terhadap Partai Golkar yang dipimpin Airlangga.
Hal itu karena Golkar mampu mengisi ruang milenial di media sosial, konten kreatif tentang kinerja, dan program kerja juga cukup bagus disampaikan melalui saluran digital.
Kemudian figur-figur muda potensial berbasis milenial juga banyak yang bergabung di Golkar.
“Cara terbaik saat ini adalah mendekatkan diri dengan generasi milenial, yaitu melalui kekuatan media sosial. Ciptakan konten kreatif dan ikuti selera milenial dengan berbagai program inovatif.”
“Kalau untuk publik umum, tentu Airlangga Hartarto dan Golkar harus blusukan juga. Terus, gulirkan program penguatan UMKM,” ujar Oktiva.
Dia melihat tingginya dukungan milenial karena rekam jejak Airlanggga cukup bagus.
Airlangga juga tidak pernah tersadung kasus korupsi.
Sebab biasanya Gen Z dan Y melihat figur apakah pernah tersangkit korupsi atau tidak.
“Jadi untuk Airlangga saya menjamin banyak Generasi Z memberikan dukungan karena memang tokoh bersih,” ucapnya.
Sumber : bekasi.tribunnews.com