Airlangga Hartarto, adalah figur yang tak dinyana bakal menduduki pucuk pimpinan Partai Golkar, bahkan ketika tulisan ini saya mulai saat terjadi Munaslub Partai Golkar di Bali 2016 silam. Saat itu, saya yang berada di tim Airlangga Hartarto sempat berbincang dengan tokoh senior Partai Golkar, Bang Palar Batubara di hotel tempat menginap. Kami membicarakan mengenai kans Airlangga Hartarto memenangkan kontestasi Munaslub.
Ada satu pembicaraan dengan Bang Palar Batubara terkait Airlangga Hartarto dan Jokowi yang tentu tak bisa saya sampaikan di sini. Satu hal yang jelas, perbincangan pagi itu meyakinkan diri saya bahwa Airlangga Hartarto memiliki garis tangan kepemimpinan. Meski tidak ada yang kebetulan dalam politik, tetapi jalan seorang Airlangga Hartarto sebagai pemimpin itu jelas adalah kombinasi kapabilitas seorang politisi handal, sedikit keberuntungan ditambah takdir Tuhan.
Saat memimpin Partai Golkar selama dua periode ini, garis tangan kepemimpinan Airlangga Hartarto semakin menegaskan itu semua. Ia berhasil membangun lagi soliditas Partai Golkar pasca Munaslub 2017 yang banyak diramalkan sebagian tukang survei dan pengamat sebagai awal keruntuhan Partai Golkar. Nyatanya tidak. Ada penurunan suara memang, tapi tak sebombastis yang disampaikan para pengamat itu.
Di Munas 2019, Airlangga Hartarto kembali berhasil mempertahankan kursi Ketua Umum Partai Golkar. Meski pada saat itu, calon-calon ketua umum terus bermunculan menantang dirinya sebagai petahana Ketua Umum Partai Golkar, tetapi Airlangga Hartarto tak bergeming. Padahal di Munaslub 2016, ia bukanlah sosok yang dihitung. Perjalanan waktu membuktikan, ucapan Bang Palar Batubara saat itu memang benar adanya.
Sekarang menuju Pilpres 2024, garis tangan kepemimpinan seorang Airlangga Hartarto kembali diuji. Ada amanah yang terpatri di pundaknya dari suara kader Partai Golkar bahwa Airlangga Hartarto haruslah maju mencalonkan diri baik sebagai calon presiden ataupun calon wakil presiden dari partai berlambang pohon beringin ini.
Satu tugas amanah Munas telah ia selesaikan dengan mengarahkan dukungan Partai Golkar pada koalisi Capres yang ada. Mendukung Prabowo Subianto adalah jalan yang cukup rasional dan realistis bagi Partai Golkar dan Airlangga Hartarto. Dalam proses menentukan koalisi ini juga, Airlangga Hartarto kembali diuji dengan wacana Munaslub. Dan ternyata ia kembali menjalani pertentangan internal ini dengan mulus.
Tantangan berikutnya tentu adalah, apakah figur Airlangga Hartarto bisa menjadi Cawapres dari Prabowo Subianto?
Jika benar perkataan Bang Palar Batubara akan terbukti lagi, maka Airlangga Hartarto akan berada di pucuk pimpinan negara ini, baik sebagai Capres ataupun sebagai Cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Jalan pun terbuka lebar untuk dirinya. Airlangga Hartarto adalah ketua umum partai politik dengan kursi terbanyak kedua di parlemen.
Sosok Airlangga Hartarto juga bukan figur sembarangan. Ia meniti karir politik dari jalur yang terstruktur di Partai Golkar. Pernah menjadi anggota DPR RI selama tiga periode beruntun dan menteri di pemerintahan Presiden Jokowi selama dua periode masa jabatan membuat kapasitasnya tak diragukan lagi. Secara politik, dukungan Partai Golkar terhadap Prabowo Subianto tentu sangat bernilai dan besar.
Prabowo dan Airlangga Hartarto juga figur yang paling representatif untuk meneruskan legacy pemerintahan Jokowi. Mereka berdua adalah menteri kabinet yang mengisi jabatan strategis di pemerintahan. Kerjasama antara Airlangga Hartarto dan Prabowo Subianto sudah berjalan dengan efektif.
Soal elektabilitas, figur Cawapres tak terlalu penting untuk mendongkrak elektabilitas Capres. Apalagi jika sosok-sosoknya setara. Maka komparasi diberlakukan bukan lagi pada tataran elektabilitas, tapi kebutuhan, akseptabilitas, kapasitas, dan kapabilitas. Menghitung bahwa kita akan menghadapi tantangan ekonomi di tahun-tahun mendatang, sosok Airlangga Hartarto lah yang dibutuhkan Prabowo untuk mendampinginya di Pilpres 2024.
Prabowo Subianto juga tak perlu gusar jika dipasangkan dengan Airlangga Hartarto. Soal akses politik dan dana, Airlangga Hartarto jelas memiliki itu. Ditambah dengan garis kepemimpinan yang berada di tangan Airlangga Hartarto, jalan Prabowo Subianto bersama figur Airlangga akan ikut mulus untuk memenangi Pilpres 2024.
Keberadaan Airlangga Hartarto di samping Prabowo Subianto jelas akan membuat sosoknya tak terbawa ke jalur terlalu kanan seperti di Pilpres 2019 silam. Moderasi figur akan tercipta, siapapun yang membawa Partai Golkar dan Airlangga Hartarto ke dalam gerbong koalisinya, maka citra figur serta koalisi moderat akan terbentuk. Prabowo akan semakin mudah masuk menggapai ceruk suara yang tak tersentuh selama ini.
Berbicara garis tangan kepemimpinan seorang Airlangga Hartarto rasanya tak adil apabila tidak membahas garis tangan seorang Prabowo Subianto. Berkali-kali kalah dalam Pemilu Presiden banyak yang mulai menyangsikan kemenangannya. Tetapi jika kita ingat perkataan KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat wawancara dengan Andy F. Noya di acara Kick Andy, entah kebetulan atau tidak, Gus Dur pernah memprediksi Prabowo akan jadi presiden di usia tua.
Di Pilpres 2024 nanti, Prabowo Subianto sudah terbilang cukup uzur, ia berusia 72 tahun di tahun 2024. Usia yang sudah cukup tua untuk membuktikan prediksi Gus Dur benar atau tidak. Terlepas dari prediksi Gus Dur tersebut, Pilpres 2024 setidaknya akan menjadi Pemilu terakhir untuk Prabowo Subianto jika ia kalah kembali. Maka jalan kemenangan tak bisa ditawar lagi.
Prabowo Subianto harus benar-benar menghitung segala kemungkinan dan jegalan yang ia dapat. Ia membutuhkan sokongan politik dan gerbong koalisi yang benar-benar kuat di segala sisi. Jika Partai Gerindra adalah atap koalisi, maka Partai Golkar adalah pilar yang mengokohkan. Tentu pertaruhannya besar apabila Prabowo harus kehilangan Partai Golkar dalam koalisinya.
Bagi Airlangga Hartarto, Pilpres 2024 juga menjadi pertaruhan masa depan politiknya sebagai pribadi dan juga Partai Golkar selaku institusi politik. Garis tangan kepemimpinan sudah menyokong sosok Airlangga Hartarto selama ini. Kini tinggal sebuah keputusan bagi Airlangga Hartarto untuk membuat semuanya menjadi kenyataan.
Sumber : golkarpedia.com