Menko Airlangga Tandatangani Nota Kesepahaman dengan ERIA

Dalam rangka mempererat hubungan kerja sama dengan Economic Research Institute for ASEAN
and East Asia (ERIA), dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan ERIA yang bertajuk Program Kolaborasi dalam Rangka Penguatan Kerja Sama Ekonomi Internasional Indonesia di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (30/07).

Kegiatan tersebut diawali pertemuan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Presiden ERIA Tetsuya Watanabe.

Kemudian dilanjutkan penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral Kemenko Perekonomian Ferry Ardiyanto dan Chief Operating Officer ERIA Toru Furuichi.

“Hari ini kita menyaksikan penandatanganan kesepahaman antara ERIA atau Economic Research Institute for ASEAN and East Asia. Ini adalah think tank yang masuk dalam top 10 daripada think tank yang di-publish oleh Report Civil Society dan think tank dari University Pennsylvania. Dan ini adalah salah satu think tank ternama yang berkantor di Jakarta,” tutur Menko Airlangga.

Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) merupakan organisasi internasional yang didirikan di Jakarta pada tahun 2008 untuk melakukan kegiatan penelitian dan menyusun rekomendasi kebijakan bagi integrasi ekonomi lebih lanjut di Asia Tenggara dan Asia Timur.

ERIA turut menjadi knowledge partner bagi pengembangan kebijakan negara-negara di kawasan ASEAN dan sebelumnya telah memberikan dukungan kepada Kemenko Perekonomian dalam bentuk kajian, analisis, dan dukungan teknis lainnya.

Kemenko Perekonomian akan melakukan kolaborasi dengan ERIA dalam bentuk studi, publikasi, proyek bersama, dan kegiatan peningkatan kapasitas di bidang kerja sama ekonomi internasional.

Area yang menjadi lingkup kerja sama kedua institusi diantaranya yakni aksesi Indonesia dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), keterlibatan dalam Asia Zero Emission Community (AZEC), pengembangan dan/atau perluasan ekspor Indonesia, penilaian potensi ekonomi industri kendaraan generasi mendatang, pengembangan strategi pembaruan armada jalan yang efisien dan efektif, serta area lain yang disepakai para pihak.

“Saya apresiasi kerja sama dan dukungan yang telah diberikan ERIA kepada Kemenko Perekonomian selama ini. Melalui kerja sama ini, saya harap kerja sama antara kedua pihak dapat semakin erat, khususnya terhadap upaya aksesi Indonesia dalam OECD.

Saya yakin dengan sumber daya yang ERIA miliki, akan memperkuat Tim Nasional OECD dalam memenuhi target 3 tahun keanggotaan Indonesia di OECD”, ungkap Menko Airlangga.

Dalam pelaksanaan kerja sama ini, ERIA akan turut menyusun kajian dengan tema besar Future-Ready ASEAN, yaitu bagaimana Asia Tenggara sebagai sebuah kawasan mampu menyiapkan diri untuk isu ekonomi ke depan, seperti semikonduktor dan ekonomi digital. ERIA akan melakukan Kajian Rantai Pasok Semikonduktor di ASEAN dan India. Asia Tenggara diproyeksikan akan memiliki 10% pangsa perakitan dan pengujian semikonduktor global pada tahun 2027. Sementara itu, revenue di pasar semikonduktor di Indonesia diproyeksikan mencapai USD2,9 miliar pada tahun 2029. Oleh karena itu, Indonesia perlu mempersiapkan ekosistemnya secara matang. Skema insentif yang dilakukan India, dapat menjadi referensi bagi Indonesia.

“Terima kasih saya ucapkan atas kerja sama yang baik dan erat dari Kemenko Perekonomian di bawah kepemimpinan Menko Airlangga
dukung Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Perekonomian pada isu-isu kerja sama internasional, seperti upaya peningkatan ekspor, pengembangan industri otomotif, pengembangan ekosistem ekonomi digital dan semikonduktor, dan aksesi Indonesia dalam OECD dan CPTPP,” ujar Presiden ERIA Tetsuya Watanabe.
Terkait ekonomi digital, ERIA akan memberikan dukungan dalam bentuk riset, dukungan kebijakan untuk transformasi digital, dan dukungan ekosistem start-up di kawasan melalui platform E-DISC (ERIA Digital Innovation and Sustainable Economy Centre). Pemerintah Indonesia sendiri telah meluncurkan Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital Indonesia 2030 sebagai panduan bagi pemangku kepentingan ekonomi digital. Di tingkat kawasan, kepemimpinan Indonesia ditunjukkan dengan inisiasi perundingan Digital Economy Framework Agreement (DEFA) pada Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 lalu.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Edi Prio Pambudi, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Netty Muharni, serta jajaran petinggi ERIA.

Sumber : kabargolkar.com